"Tommy Turangan Katakan: Jangan salahkan PMI tidak bekerja saat bencana datang, kalau kalian tidak punya data ril di lapangan".
![]() |
ketua lsm amti pusat, tommy turangan, (foto istimewa) |
IDNEWS.CO, MANADO, - Setelah Kota Manado dilanda banjir besar beberapa hari lalu, Warga kini tengah berjibaku membersihkan Rumah dan Lingkungan mereka dari sisa-sisa lumpur yang menutupi Permukiman.
Bencana yang melanda berbagai Wilayah di Ibu Kota Sulawesi Utara ini menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan, menghambat aktivitas masyarakat, dan memaksa mereka untuk segera melakukan pemulihan.
Meskipun sebagian besar warga Muslim masih dalam suasana merayakan Hari Raya Idulfitri, upaya pembersihan tetap menjadi prioritas utama.
Mereka berusaha mengembalikan kondisi rumah masing-masing agar dapat kembali ditempati dengan nyaman. Rasa kebersamaan dan gotong royong pun semakin terasa dalam proses ini, di mana masyarakat saling membantu untuk mempercepat pemulihan lingkungan sekitar.
Bencana ini menjadi ujian bagi seluruh masyarakat Manado, sekaligus menguji solidaritas dan kesiapsiagaan berbagai instansi dalam menangani musibah. Berbagai pihak, baik pemerintah maupun organisasi non-pemerintah, telah menunjukkan peran aktif dalam membantu warga terdampak.
Tim SAR dari Basarnas, Kepolisian, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta relawan dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan kemanusiaan, seperti Palang Merah Indonesia (PMI), turut berkontribusi dalam membantu evakuasi, distribusi bantuan, serta proses pembersihan sisa-sisa banjir.
Ketua LSM Aliansi Masyarakat Transparansi Indonesia (AMTI) Pusat, Tommy Turangan, menyampaikan apresiasinya terhadap berbagai elemen yang turun tangan dalam membantu korban banjir.
Menurutnya, kerja sama antarinstansi dan relawan berlangsung dengan baik tanpa adanya saling membandingkan kontribusi masing-masing pihak.
"Semua bergerak atas dasar keikhlasan dan kepedulian terhadap sesama. Tidak ada persaingan dalam memberikan bantuan karena tujuan utama adalah meringankan beban masyarakat yang terdampak," ujar Turangan dalam wawancara dengan awak media baru-baru ini.
Turangan juga menyoroti peran penting PMI dalam tanggap darurat banjir di Manado. Ia menegaskan bahwa PMI bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang telah diatur dalam regulasi kemanusiaan internasional.
"PMI memiliki tanggung jawab yang jelas dalam situasi bencana. Mereka bekerja berdasarkan standar operasional yang telah ditetapkan dan bukan sekadar bergerak tanpa arah. Kehadiran mereka sangat membantu dalam hal pertolongan pertama, distribusi bantuan medis, serta penyediaan kebutuhan mendesak bagi korban," tuturnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjaga semangat gotong royong tanpa saling menyalahkan.
Menurutnya, ada fenomena di mana beberapa pihak hanya berpartisipasi dalam bantuan kemanusiaan ketika terjadi bencana, namun kemudian membesar-besarkan perannya seolah-olah memiliki andil besar dalam seluruh proses penanggulangan.
"Kita harus melihat aksi nyata di lapangan, bukan hanya sekadar klaim di media atau sekadar ingin dipuji. Bantuan kemanusiaan harus dilakukan dengan niat tulus, bukan untuk mencari pengakuan," tambahnya.
Banjir Manado kali ini juga mengundang simpati dari berbagai daerah lain. Bantuan berupa logistik, obat-obatan, serta tenaga relawan terus berdatangan, menunjukkan bahwa solidaritas dalam menghadapi bencana masih sangat kuat di Indonesia.
Donasi dari individu, perusahaan, serta organisasi sosial turut meringankan beban warga yang kehilangan harta benda akibat musibah ini.
Pemerintah daerah sendiri telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mempercepat proses pemulihan, termasuk pembersihan drainase, penyaluran bantuan sosial, serta koordinasi dengan berbagai pihak terkait guna memastikan setiap warga yang terdampak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Sejumlah warga Manado berharap agar pemerintah dapat memberikan solusi jangka panjang guna mencegah terulangnya bencana serupa di masa depan.
Pembangunan infrastruktur drainase yang lebih baik, kebijakan mitigasi bencana yang lebih efektif, serta edukasi masyarakat mengenai kesiapsiagaan terhadap bencana menjadi beberapa poin yang dinilai penting untuk segera direalisasikan.
Banjir yang melanda Kota Manado menjadi pengingat betapa pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Respons cepat dari berbagai instansi dan relawan menunjukkan bahwa solidaritas masih menjadi kekuatan utama dalam menghadapi situasi sulit.
Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana membangun sistem mitigasi yang lebih baik agar kejadian serupa dapat diminimalisir.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi kemanusiaan, diharapkan Manado bisa lebih tangguh menghadapi bencana di masa mendatang.
(Yudi barik)